PESISIRNEWS.COM - Program vaksinasi Covid-19 sejak pekan lalu sudah dipergunakan . Vaksin buatan Sinovac, jadi salah satu yang digunakan oleh pemerintah untuk melindungi jutaan orang dari virus Corona.
Seberapa ampuhkan Vaksin Sinovac asal China tersebut?
Dilansir dari Merdeka.com ,Vaksin Sinovac memiliki efikasi 65,3 persen. Dengan angka itu, vaksin tersebut diyakini tetap aman untuk melindungi masyarakat dari paparan Covid-19. Efikasi atau tingkat keampuhan tersebut sudah melebihi standar World Health Organization (WHO) sebesar 50 persen.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, vaksin adalah upaya negara dalam melindungi masyarakat dari ancaman pandemi Covid-19 dan demi tercapainya kekebalan komunitas atau herd immunity.
"Kami telah menerima rekomendasi dari WHO (World Health Organization), bahwa nilai efikasi di atas 50 persen dapat diterima," kata Wiku.
Sedangkan, Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman menyampaikan, hasil final efikasi vaksin CoronaVac produksi Sinovac di Brasil sebesar 50,4 persen, tidak berpengaruh dengan efikasi vaksin di Indonesia. Sehingga masyarakat tidak perlu cemas.
Kata Dicky, angka efikasi di Brasil maupun di Turki tidak bisa disamakan dengan efikasi di Indonesia. Sebab, proses uji klinis tahap III-nya pun berbeda.
"Hasil yang sedikit di atas threshold WHO itu tetap memiliki makna, karena tetap memiliki efikasi yang memenuhi standar, itu tetap bisa kita gunakan sebagai pelindung," kata Dicky.
Dia mengungkapkan, vaksin CoronaVac memang berbeda dari merek vaksin lain. Hal itu lantaran perusahaan Sinovac Biotech mempersilakan proses uji klinis tahap III dilakukan di daerah pemesan yakni Brasil, Turki, dan Indonesia.[br]
Menurut Dicky, terbitnya izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) menandakan vaksin Sinovac sudah cukup memadai untuk dapat digunakan. Sebab, hasil uji klinis fase III di Bandung telah menunjukkan efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3%.
"Efikasi yang memadai, saya sampaikan memadai karena dia sudah memenuhi threshold," ujarnya.
Kepala BPOM Penny Lukito menjelaskan, efikasi di Brasil berubah-ubah karena efikasi tidak dapat dibandingkan dengan platform yang berbeda. Walaupun platformnya sama dengan uji klinis di lokasi berbeda pun tidak dapat dibandingkan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya parameter yang menentukan.
"Pertama dari relawan sudah berbeda, jumlahnya berbeda, kemudian tingkat risiko dari relawan berbeda di Brasil 100 persen adalah tenaga kesehatan, dan di Turki 20 persen adalah tenaga kesehatan dan 80 persen pekerja berisiko. Di Indonesia umum, dan ini justru lebih merepresentasikan masyarakat secara umum," ujar Penny.[br]
Imunogenitas 99 Persen
Di sisi lain, Penny mengatakan, berdasarkan uji klinik ketiga di Bandung, vaksin Sinovac memiliki imunogenitas yang sangat tinggi. Sampai tiga bulan mampu bertahan sampai 99 persen. Imunogenitas itu adalah kemampuan untuk memicu respons imun dalam tubuh.
"Uji klinik fase tiga di Bandung menunjukkan bahwa imunogenitas dari vaksin Sinovac itu tinggi, sangat valid meyakinkan, bahkan sampai tiga bulan masih 99 persen," jelas Penny dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (14/1).
Jika terjadi penurunan, kata Penny, tidak begitu banyak. Misal dari 99,7 persen turun sampai 99,3 persen.
"Turunnya cuma sedikit jadi konsisten. 99 orang masih mempunyai tingkat titer antibodi di atas 4 kali, averagenya 23 kali," jelas Penny.
Meski demikian, Penny mengakui belum ada pengamatan enam bulan dalam uji klinis fase ketiga. Namun jika melihat data uji klinis fase pertama dan kedua di Cina dalam waktu enam bulan tingkat imunogenitas masih berada di angka 80 persen.
"Kalau berdasar fase satu, dua di Cina masih 80 persen, jadi masih bagus masih tinggi," kata Penny.
Tak Cuma Sinovac[br]
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap, Indonesia tengah memfinalisasi kontrak dengan perusahaan Pfizer untuk mendapatkan 50 juta vaksin Covid-19. Hal tersebut untuk memenuhi target 329 juta dosis. Hasil uji klinis vaksin Covid-19 dari Pfizer, diklaim mendapat efikasi capai 90 persen.
Selain vaksin Sinovac yang sudah tiba, Indonesia telah mengantongi kontrak dengan Novavax sebanyak 50 juta dosis, AstraZanecaa 50 juta, dan Covax/GAVI 54 juta.
"Indonesia sekarang posisinya kontrak yang pasti ada sekitar 270 juta dosis dari kebutuhan 426 juta dosis. Kita sedang melakukan finalisasi dengan Pfizer untuk melengkapi kontrak yang pasti 329 juta dosis," ujar Budi dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (12/1).
Pemerintah juga mengupayakan memenuhi kebutuhan vaksin itu dari organisasi multilateral WHO Covax/GAVI. Budi mengatakan, vaksin tersebut berbayar sehingga pemerintah bisa mengurangi kontrak dengan penyedia vaksin berbayar. Covax/GAVI bisa menyediakan 108 juta dosis.[br]
"Kalau kita tidak dapat, kita akan ambil yang berbayar. Angka dari Covax/GAVI angka sekarang adalah 54 juta sampai dua hari lalu kita masih bicara dengan mereka dan ada kemungkinan mereka bisa menaikkan sampai 108 juta," jelas Budi.
Sehingga untuk saat ini, Indonesia bisa mendapatkan 663 juta dosis vaksin Covid-19. Lebih dari kebutuhan untuk saat ini.
"Total yang kontrak dan opsi yang sudah ada di meja sekarang yaitu sekitar 663 juta, sedikit lebih dari yang dibutuhkan seluruh masyarakat Indonesia," kata Budi.