Minggu, 16 Februari 2025 WIB

Google Doodle Tampilkan Roehana Koeddoes, Pahlawan dan Wartawati Pertama di Indonesia

- Senin, 08 November 2021 09:56 WIB
1.432 view
Google Doodle Tampilkan Roehana Koeddoes, Pahlawan dan Wartawati Pertama di Indonesia
Kolase beranda Google dan Rohana Kudus, jurnalis perempuan dan Emansipator dari Minangkabau. (Foto Kolase: Pesisirnews.com/Anjar)

Pesisirnews.com - Google Doodle pada hari ini, Senin (8/11/2021), menampilkan sosok wartawati pertama di Indonesia bernama Roehana Koeddoes (Rohana Kudus) di halaman awal pencarian.

Roehana Koeddoes lahir pada 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda.

Ayahnya bernama Moehammad Rasjad Maharadja Soetan, dan ibunya bernama Kiam.

Baca Juga:

Ayah Rohana bekerja sebagai jaksa di Alahan Panjang.

Sebagai orangtua, Rasjad dan Kiam tidak seperti para orangtua kebanyakan. Mereka tidak keberatanjika anak-anak perempuannya belajar baca dan tulis.

Baca Juga:

Rasjad sendiri senang mengajari Rohana untuk membaca dan menulis, ditambah dengan banyaknya koleksi buku serta majalah yang menumpuk di rumahnya yang sering dijamah oleh anak-anaknya.

Sehingga Rohana dan adik-adiknya tidak asing dengan dunia baca tulis, semakin diajari oleh ayahnya, semakin bertambah pula rasa keingintahuannya. (Tamar Djaja: 1980, h. 26.)

[br]

Roehana Koeddoes adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir.

Sutan Sjahrir merupakan seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.

Pada 1911, Roehana Koeddoes mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang yang dikhususkan bagi perempuan.

Sembari aktif di bidang pendidikan, Rohana juga menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia.

Roehana Koeddoes kemudian pindah ke Bukittinggi, dan merintis surat kabar perempuan Soenting Melajoe.

Sebagai yang pertama di Indonesia, publikasi ini secara langsung menginspirasi perkembangan beberapa surat kabar perempuan Indonesia yang berpengaruh lainnya.

Di koran ini, Rohana banyak menulis tentang kegundahannya dalam melihat realita, terutama yang berkaitan dengan nasib kaum perempuan yang terbelenggu dalam kultur sosial budaya, dan kolonialisme.

Pada masa itu perempuan di biarkan dalam keterbelakangan dan tidak bisa menentukan masa depannya sendiri.

[br]

Rohana prihatin terhadap kondisi kaumnya yang termarjinalkan. Perempuan, waktu itu tidak disentuh oleh pemberdayaan baik dalam konteks lokal maupun oleh kalangan penjajah sendiri.

Oleh sebab itu, perjuangan pemberdayaan perempuan dalam pergerakan yang dilakukan Rohana cukup luas tidak hanya sebatas lokal, tetapi disuarakannya dengan lantang melalui media massa yang diterbitkannya dan dibaca oleh banyak orang.

Di sinilah, kiprah Rohana mulai dikenal dengan luas. Perempuan, mulai mengagumi dan mengikuti perjuangannya. Perempuan juga mulai sadar terhadap pemberdayaan dirinya.

Rohana Kudus merupakan perempuan Minangkabau yang mencoba menaburkan benih “pembebasan” perempuan dari teologi bias gender.

Rohana Kudus meninggal pada 17 Agustus 1972 di Jakarta.

Sebagai informasi, dalam pertemuan gelar dewan, tanda jasa, dan tanda kehormatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyetujui pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Rohana Kudus, pada 7 November 2019. (PNC)

Editor
:
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Syamsuar Membuka Secara Resmi Rakerda DPD II Golkar Inhil
Sadis! Wajah Petarung UFC Rusak Usai Ditendang KO Brutal Musuhnya
komentar
beritaTerbaru