(Pesisirnews.com) - Demi mencari penghidupan yang lebih, banyak orang rela meninggalkan tanah kelahirannya untuk mengadu nasib dan mencari keberuntungan hidup di negeri orang.
Sejumlah negara di Asia seperti Malaysia, Singapura, Hongkong dan Arab Saudi jadi tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja dengan harapan memperoleh upah yang besar di sana.
Selain di negar-negara tersebut, banyak juga orang Indonesia yang merantau dan bekerja di negara-negara lain di penjuru dunia.
Baca Juga:
Salah seorang wanita pekerja migran Indonesia bernama Misiyah Rani, termasuk satu diantara banyak orang Indonesia yang berani mencoba peruntungan hidupnya dengan bekerja di luar negeri.
Dia sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) selama 21 tahun di Maryland, Amerika Serikat (AS).
Baca Juga:
Misiyah Rani mengungkap kisahnya menjadi TKW di AS. (Foto: Dok. YouTube VoA Indonesia)
Wanita yang akrab disapa May tersebut membagikan kisah perjuangannya saat mulai bekerja di AS sebagai ART di rumah keluarga dr. Gary dan istrinya Gabbie.
[br]
Di sana, dia membantu melakukan pekerjaan rumah tangga dan juga ikut merawat anak-anak mereka.
Kisah perjuangan May mengadu nasib di AS terbilang cukup fantastis karena tak disangka jika May datang ke sana tanpa bisa Bahasa Inggris sama sekali.
"Waktu itu saya belum sama sekali ngomong Inggris cuma bisa yes or no tapi pakai isyarat jadi bosku (menunjukkan) 'do this, do this', understand sedikit," ujarnya mengutip Wolipop yang melansir VOA Indonesia.
Meski begitu, untungnya majikan May mau menerima wanita itu apa adanya.
"Dia sangat pemalu, aku ingat dia hanya tahu sedikit Bahasa Inggris tapi dia punya senyum yang sangat cantik tapi sangat diam dan aku pikir aku akan coba karena aku tahu orang Indonesia sangat ramah dan baik jadi coba saja," kata Debbie menceritakan awal mula bertemu May dan mempekerjakannya.
May ternyata cocok bekerja dengan keluarga Gary hingga sulit untuk meninggalkan mereka dan kembali ke Indonesia.
[br]
Dikatakannya jika Gary, Debbie, dan anak mereka Michael, dia diperlakukan seperti keluarga. Michael bahkan menganggap May seperti ibu kedua sekaligus sahabat.
"Di situ aku bersyukur saya kerja di Arab 10 tahun is so bad, nggak ada baiknya orang (majikannya), di sini kok saya menemukan dr. Gary. Aku makanya nggak mau ninggalin," tuturnya.
Di keluarga dr. Gary, May biasanya bekerja lima hari dalam seminggu. Dalam sebulan dia mengaku bisa mengantongi Rp 50-60 juta.
Kebanyakan gajinya pun dia kirim ke Indonesia untuk membantu kehidupan keluarga.
"Kerja demi keluarga di Indonesia, memperbaiki ekonomi, memperbaiki kehidupan saudara-saudara, nggak cuma orangtua tapi juga keponakan, adik, semuanya sudah pernah saya bantu," kata May.
Selain beruntung mendapatkan majikan yang baik, May juga menunjukkan dedikasi bekerja dengan giat dan kejujuran. (PNC)